Pages

Labels

Jumat, 06 April 2012

Komunikasi Bersifat Irreversible

Bismillahirrahmanirrahim.
27 oktober 2010 merupakan hari yang bersejarah bagi Thalabah PUTM putra, terutama angkatan  2009 dan 2010. Cerita saya mulai dari ketika kami sedang bermain bola di Stadiun Utama PUTM yang diberi nama Stadiun Pertanian, saya ingat betul waktu itu hujan turun sangat-sangat lebat, malahan di iringi dengan sambaran geledek yang cukup keras, akan tetapi hal itu tidak mempengaruhi keasyikan saya dan teman-teman dalam bermain bola, hingga akhirnya tiba waktu menjelang magrib dan kami pun berhenti untuk mandi dan siap-siap ke masjid. Setelah menyelesaikan shalat magrib secara berjamaah maka kami pun bersiap-siap untuk melakukan kegiatan rutin kami yaitu kuliah malam, waktu itu kalau tidak salah mata kuliahnya adalah tafsir. Ketika khendak duduk di tempat yang biasa saya duduki ketika kuliah, saya mendengar suara sirine dan suara kendaraan saya cukup membuat saya penasaran untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi di luar, ternyata saya melihat warga kaliurang berbondong-bondong turun ke bawah dan juga saya melihat para polisi yang sibuk mengevakuasi warga-warga kaliurang untuk keluar dari rumahnya dan menjauhi gunung merapi, serentak saya pun kaget melihat kejadian tersebut meskipun sebenarnya saya sudah tahu tentang pemberitaan gunung merapi yang sudah masuk tahap waspada. Pada saat itu ustadz PUTM langsung memerintahkan kita untuk siap-siap karena kemungkinan kita semua akan diungsikan  dan ternyata tidak lama kemudian kita dievakuasi ke SD kaliurang untuk sementara, saat itu keadaan benar-benar kalut karena penuh dengan kepanikan, yang paling membuat hati saya tersentuh adalah ketika melihat kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah berusia lanjut ikut dievakuasi satu mobil dengan saya, dengan kondisi yang sudah lemah mereka harus menghadapi situasi yang sulit.
Setelah beberapa saat berlalu, masih dalam keadaan yang cukup mencekam, kami pun pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat isya sembari menenangkan diri di masjid. Tidak lama kemudia kami dijemput oleh mobil dari UMY dan PKU untuk dipindahkan ke PWM Yogyakarta, kita pun terpaksa melanjutkan aktifitas perkuliahan selama kurang lebih dua minggu di PWM, akan tetapi karena banyak orang tua dari Thalabah PUTM yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya maka pimpinan PUTM memutuskan agar perkuliahan diliburkan selama tiga minggu, sebagian besar dari kami pun akhirnya memutuskan untuk pulang kampung.
Sepulangnya dari libur selama tiga minggu, kami masih belum bisa kembali ke kampus di kaliurang karena kondisi yang masih belum memungkinkan, terutama masalah perairan yang memang setelah kejadian merapi itu hampir semua saluran-saluran air di kaliurang rusak dan tidak berfungsi. Maka akhirnya kami di tempatkan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta selama kurang lebih lima bulan. Nah, disinilah sebenarnya inti dari permasalahan yang ingin saya sampaikan. Dengan fasilitas hotspot yang ada di Muallimin, ternyata kami pun diperbolehkan untuk menggunakannya kapan saja, dengan mendaftar terlebih dahulu ataupun meminjam kodenya ke orang yang kita kenal, ketika suatu hari saya membuka Face Book karena kebetulan waktu itu sedang tidak ada jam kuliah, nah dengan isengnya saya menulis status dengan kalimat yang memang agak kontropersial, yaitu “Cabang VS Stikes, Cabang KO”. Pada awalnya maksud saya menulis status seperti itu adalah untuk sedikit menyindir Pimpinan Cabang IMM yang dalam hal ini menurut saya Pimpinan Cabang  kalah agresif dengan Stikes aisyiah dalam melaksanakan kegiatan IMM, ternyata status FB saya itu dibaca oleh salah satu pengurus PC IMM dan mungkin dilaporkan langsung kepada ketuanya, hingga akhirnya ketuanya langsung menghubungi saya lewat sms karena mungkin merasa tersinggung dengan isi dari status saya, bahkan dia sampai emosi dan marah-marah terhadap saya, saya mencoba untuk menjelaskan kenapa saya menulis status seperti itu, saya bilang kalau saya merasa kecewa dengan kinerja PC IMM yang kurang agresif dan kreatif dalam melaksanakan kegiatan IMM, malah saya lihat Stikes lebih agresif dan kreatif dalam hal ini, disitu terjadi sedikit perdebatan antara saya dengan ketua IMM cabang, bahkan saat itu dia minta ketemu langsung dengan saya karena merasa tidak puas jika berkomunikasi di sms, tapi saat itu saya mencoba untuk menenangkan dia dan saya pun minta maaf atas status FB yang saya buat, karena meski bagaimanapun memang dalam hal ini saya juga salah karena telah menyampaikan pendapat dan kritikan yang lumayan keras di FB. Akhirnya meskipun mungkin dia sakit hati, dia pun memafkan saya dan juga balik minta maaf kepada saya karena telah marah-marah dan mengedepankan emosi ketika berkomunikasi mengenai status FB saya itu.
Mungkin inilah cerita singkat saya, yang saya rasa bisa dijadikan contoh dari komunikasi yang bersifat irreversible, seperti yang telah ustadz najih jelaskan bahwa setiap orang yang melakukan komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan, begitupula dengan saya, dalam hal ini saya memang tidak menyangka bahwa efek dari pesan yang saya sampaikan berupa status FB akan berdampak tidak baik dan membentuk perselisihan dengan orang lain dan mungkin saja sampai saat ini ketua IMM cabang itu masih sakit hati dengan apa yang saya lakukan. Akan tetapi saya sebagai seorang manusia yang tidak bisa lepas dari kesalahan berupaya melakukan kewajiban saya dengan minta maaf kepada beliau dan mengaku salah.

0 komentar:

Posting Komentar